Kehidupan Rasulullah SAW Sebelum Menerima Risalah
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada
tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun gajah dinamakan tahun gajah kerena Raja Abraham mengirim
pasukan dan gajah dalam jumlah besar ke Makkah untuk menghancurkan Ka’bah.
Allah membinasakan mereka dengan mengirim burung ababil kerena memuliakan
kelahiran Nabi SAW. Nabi dilahirkan di rumah Abu Thalib perkampungan bani
Hasyim. Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim, kerena bapaknya Abdullah
meninggal dunia ketika perjalanan pulang dari berdagang di Syam dalam usia 18
tahun dan di makamkan di kota Madinah di samping paman-pamannya Ibnu Addi dan
Ibnu Hajjar. ketika itu Nabi muhammad SAW masih dalam kandungan Siti Aminah
(ibunda beliau) dua bulan. Lalu ia di asuh oleh kakeknya Abdul muthalib. Sesuai
kebiasaan orang Arab pada jaman itu, menyerah anak mereka untuk disusui dan
dipelihara oleh Arab Badui (orang Arab yang tinggal di pedesaan). Maka ketika
mendengar rombongan Bani Sa’id datang ke Makkah, maka siti Aminah menyuruh akan
kakeknya Abdul Mutholib untuk mencarikan wanita yang akan menyusui Nabi
Muhammad kecil. Maka bertemulah Abdul mutholib dengan seorang wanita bernama
Halimah dari Bani Sa’id. Maka jadilah wanita itu tercatat dalam sejarah Islam
sebagai ibu susu orang yang paling mulia di muka bumi ini. Selama lima tahun
dalam pengasuhan Halimah, Nabi muhammad berkembang dalam pergaulan Bani Sa’id.
Maka berkembanglah bahasa Muhammad sesuai lughat Arab Bani Sa’id yang terkenal
lughat Arab paling murni, indah dan fasih. Pada masa pengasuhan Halimah ini
terjadi peristiwa yang sangat besar yaitu pembelahan dan pembersihan hati Nabi.
Pada usia enam tahun, Muhammad
diserahkan kembali kepada ibunya. Dalam rangka untuk memperkenalkan
kerabat-kerabatnya di Madinah, Aminah membawa Muhammad ke Madinah. Ketika
sampai di sana Aminah mengajaknya berziarah ke tempat ayahnya dimakamkan.
Aminah jatuh sakit di sebuah desa yang bernama Abwa, di sinilah akhirnya Aminah
wafat dan dimakamkan. Si kecil Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Ummu Aiman
seorang budak yang dengan setia menemani Muhammad dan yang mengasuhnya.
Setelah Aminah meninggal, Abdul
Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat dan mengasuh Nabi Muhammad.
Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung
jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul
Muthalib (sang kakek), dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan
penduduk Mekkah secara keseluruhan, tetepi dia miskin.
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai
penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekkah. Melalui kegiatan
pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam
suasana demikan, dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran dan
perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia
terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak
muda ia sudaah di juluki Al-Amin, orang
yang terpecaya.
Pada usia dua belas tahun, Muhammad
menemani paman pergi ke Syam (sekarang Syria). Dalam perjalanan tersebut ia
bertemu seorang pendeta Kristen bernama Bahra yang menyakini Muhammad sebagai
calon Rasul terakhir. Kerena sebab itulah, sang pendeta menyampaikan pesan
kepada Abu Thalib agar menjaga kemenakannya dengan baik.
Pada usia itu pula terjadi peperangan
dahsyat yang melibatkan hampir seluruh suku-suku Arab, termasuk Bani Hasyim.
Muhammad turut menyertai pamannya dalam peperangan tersebut, sekalipun ia tidak
turut terlibat secara langsung, namun ia turut membantu mengumpulkan mata panah
yang dilemparkan oleh musuh, lalu menyerahkannya kepada Abdul Thalib.
Pada saat itu, Muhammad cendrung
bersikap sebagai pengamat peperangan. Ketika ia menyaksikan jumlah korban jiwa
yang besar akibat peperangan saudara tersebut, maka selanjutnya ia memprakasai
pembentukan komite perdamaian yang disebut Halful Fuzul, yang merupakan
himpunan kerja sama kaum muda. Tujuan utama himpunan ini adalah berupaya
menciptakan perdamaian dan untuk menjalin kerukunan antar suku-suku di Mekkah.
Khadijah, menurut riwayat Ibnu ‘I-Atsir
dan Ibnu Hisyam, adalah seorang pedagang yang mulia dan kaya. Beliau sering
mengirim orang kepercayaannya untuk berdagang. Ketika beliau mendengar kabar
kejujuran Nabi SAW dan kemuliaan akhlaknya, beliau coba mengamati Nabi SAW
dengan membawa dagangannya ke Syam. Khadijah membawakan barang dagangan yang
lebih baik dari apa yang dibawakan kepada orang lain. Dalam perjalanan ini Nabi
SAW ditemani Maisarah, seorang kepercayaan Khadijah. Muhammad SAW, menerima
tawaran ini dan berangkat ke Syam bersama Maisarah meniagakan harta Khadijah.
Dalam perjalanan ini Nabi berhasil
membawa keuntungan yang berlipat ganda, sehingga kepercayaan Khadijah bertambah
terhadapnya. Selama perjalanan tersebut Maisarah sangat mengagumi akhlak dan
kejujuran Nabi. Semua sifat dan prilaku itu dilaporkan oleh Maisarah kepada
Khadijah. Khadijah tertarik pada kejujurannya, dan ia pun terkejut oleh barakah
yang diperolehnya dari perniagaan Nabi SAW.
Kemudian Khadijah menyatakan hasratnya
untuk menikah dengan Nabi SAW dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi
SAW menyetujuinya, kemudian Nabi SAW menyampaikan hal itu kepada
paman-pamannya. Setelah itu, mereka meminangkan Khadijah untuk Nabi SAW dari
paman Khadijah, Amr bin Asad. ketika menikahinya, Nabi berusia dua puluh lima,
sedangkan Khadijah berusia empat puluh tahun. Sebelum menikah dengan Nabi saw,
Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama dengan Atiq bin A’idz at-Tamimi, dan yang
kedua dengan Abu Halah at-Tamimi; namanya Hindun bin Zurarah.
Rasulullah saw. Sebelum bi’tsah pernah ikut serta dalam pembangungan ka’bah
dan pemugarannya. Beliau ikut serta secara aktif mengusung batu di atas
pundaknya. Pada waktu itu beliau berusia 35 tahun, menurut riwayat yang paling
shahih. Beliau memiki pengaruh besar dalam menyelesaikan kemelut yang timbul
akibat perselisihan antar kabilah tentang siapa yang berhak mendapatkan
kehormatan meletakkan hajar aswad di tempatnya. Semua pihak tunduk kepada
usulan yang diajukan Nabi saw., kerena mereka semua mengenalnya sebagai al-amin
(terpercaya) mencintainya.
Mendekati usia empat puluh tahun,
mulailah tumbuh pada diri Nabi saw kecenderungan untuk melakukan ‘uzlah.
Allah menumbuhkan pada dirinya rasa senang untuk melakukan ikhtila (menyendiri)
di gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat
laut kota Makkah). Beliau menyendiri dan beribadah di tersebut selama beberapa
malam. Kadang sampai sepuluh malam, dan kadang lebih dari itu, sampai satu
bulan. Kemudian beliau kembali ke rumahnya sejenak hanya untuk mengambil bekal
baru untuk melanjutkan ikhtila’nya di gua Hira’. Demikianlah Nabi saw
terus melakukannya sampai turun wahyu kepadanya ketika beliau sedang melakukan
‘uzlah.
2.
Rasulullah Saw. Menerima Wahyu Dan Penyebaran Islam di Makkah
Kehidupan bangsa Arab sebelum
masuknya Islam:
1. Musyrik, mereka
menyembah berhala.
2. Membunuh
anak-anak mereka kerena takut akan kelaparan dan kemiskinan.
3. Mengubur anak
prempuan mereka hidup-hidup kerena takut aib.
4. Senang
berperang walaupun masalahnya sepele.
Menjelang usianya yang ke 40, dia
sudah terlalu terbiasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat,
berkontemplasi ke gua hira, bebarapa kilometer di utara kota mekah. Disana
Muhammad mula-mula ber jam-jam kemudian berhari-hari bertafakur. Pada tanggal
17 ramadhan tahun 611 Masehi, malaikat jibril muncul menyampaikan wahyu Allah
yang pertama :
Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah mencipta.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu itu
maha melihat. Dia telah mengajar dengan kalam. Dia telah mengajar manusia apa
yang mereka tidak ketahui ( QS Alaq : 1-5
)
Dengan turunnya
wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai Rasul, dia
belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada agama. Setelah wahyu pertama
itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama sementara Nabi
Muhammad SAW menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira'.
Dalam proses
penantian Jibril, turun wahyu yang membawa perintah kepada Rasulullah. Wahyu
itu itu berbunyi sebagai berikut :
Hai orang yang
brselimut bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan
bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan perbuatan dosa dan janganlah engkau memberi
( dengan maksud ) memperoleh ( balasan ) yang lebih banyak dan untuk ( untuk
memenuhi perintah ) Tuhanmu bersabarlah. ( Al- Muddatsir 1-7 ).
Dengan turunnya
perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya
secara diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau
yang paling karib. Mereka di seru kepada pokok-pokok agama Islam yang disebut
dalam ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada allah dan meninggalkan ilah dan
berhala-berhala yang mereka sembah.
Nabi
Muhammad Saw. pada periode Mekkah menggunakan strategi dakwah,antara lain :
1. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Cara ini
ditempuh karena beliau begitu yakin bahwa masyarakat arab jahiliyah masih
sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur. Mereka
bersedia berperang dan rela mati dalam mempertahankanya demi tradisi leluhurnya
tersebut. Dan Nabi Muhammad takut terkejutnya mereka akan perkara yang belum
pernah mereka ketahui dan meraka dengar.
Setelah Nabi
Muhammad menerima risalah kenabian pada usia 40 tahun, mulailah Nabi
mendakwahkan ajaran Islam di tengah-tengah ketersesatan masyarakat Makkah.
Ajaran dakwah Nabi Muhammad yang paling pokok adalah keyakinan kepada Allah
yang Maha Esa (tauhid).
Allah adalah
pencipta alam semesta ini. Allah adalah yang memberi kehidupan dan tempat
kembali setelah kematian. Bahwa tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya. Bahwa
masyarakat Makkah harus meninggalkan penyembahan berhala. Muhammad tidak
mengajak mereka kecuali kebajikan dan kesalehan.
Mula-mula
istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang
beru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak masa
kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu
Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup. Banyak orang-orang yang
menerima seruan Nabi melalui perantara Abu Bakar. Mereka dikenal dengan sebutan
Assabiqunal Awwalun . Mereka ialah Usman bin Affan, Zubair ibnu Awwan,
Sa'ad ibnu Abu Waqqas, Abdurrahman ibnu Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah
ibnul Jarrah, dan Arqam ibnu Abu Arqam.
Mereka ini
bertemu Nabi secara rahasia. Apabila salah seorang di antara mereka ingin
melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Makkah seraya
bersembunyi dari pandangan orang-orang Quraisy. Pengikut Nabi semakin bertambah
jumlahnya dalam 3-4 tahun masa dakwah Nabi tercatat 40 orang yang beriman.
Rasulullah memilih rumah al-Arqam bin Abi ‘Irqam, sebagai tempat pertemuan
untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran.
2.
Dakwah Secara Terang-terangan
Muhammad
diperintahkan oleh Allah untuk melakukan dakwah secra terang-terangan.
Dijelaskan
dalam Al-Quran surat Al-Hijr: 94 yang artinya:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ. وَاَعْرِضْ عَنِ المُشْرِكِيْنَ
“Maka sampaikanlah olehmu
secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah
dari orang-orang musyrik”.
Dalam dakwah
secara terang-terangan Rosullullah menggunakan srategi-srategi sebagai
berikut:
a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari bani Hasyim, untuk menghadiri
jamuan makan dan mengajak mereka masuk islam.
b. Mengumpulkan para penduduk Mekkah terutama yang berada di tempat tinggal
disekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shofa.
Menyampaikan seruan dakwah kepada para penduduk di luar kota Mekkah.
Dakwah Nabi
secara terang-terangan ditentang dan ditolak oleh bangsa Quraisy, Dengan alasan bahwa mereka tidak dapat
meningggalkan agama yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka, dan
sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka.
Pada saat
itulah Rasulullah mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan
akal mereka dari belenggu taqlid. Ketika Nabi SAW mencela tuhan-tuhan
mereka, membodohkan mimpi-mimpi mereka, dan mengecam tindakan taqlid
buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentangnya
dan sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya Abu Thalib yang membelanya.
Kaum
Quraisy menolak dan berusaha menghentikkan dakwah Rasulullah dengan
berbagai cara :
1. Terhadap budak-budak yang telah masuk Islam, tuan-tuannya wajib untuk
menghukum dan menyiksanya.
2. Melempari Nabi Muhammad Saw dengan kotoran dan isi perut kambing.
3. Mengusulkan kepada Nabi Muhammad Saw agar permusuhan dihentikan dengan cara
suatu saat orang kafir Quraisy mengikuti ibadah orang Islam, tetapi orang Islam
di lain waktu harus mengikuti ibadah mereka.
Namun semua itu tidah berhasil menghentikan dakwah Rasulullah, bahkan
tantangan-tantangan yang berat lagi dilakukan oleh kaum Quraisy untuk
menghentikan dakwah Rosullullah Saw. Diantaranya adalah Pemboikotan keluarga
Nabi SAW dan pengikutnya, dan upaya pembunuhan terhadap Rosullullah Saw.
Setelah dakwah terang-terangan
itu pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin
bertambahnya jumlah pengikut Nabi, semakin keras tantangan yang dilancarkan
kaum Quraisy.
3. Tantangan Rasulullah Saw. Dalam
Menyebarkan Agama Islam
Menurut Ahmad Syalabi, Dengan
mempelajari dan mengerti bagaimana kehidupan bangsa Arab, dapatlah kita
menyimpulkan sebab-sebab yang mendorong kaum Quraisy menentang agama Islam
yaitu sebagai berikut :
1. Persaingan merebut kekuasaan
Kaum Quraisy tidak dapat
membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau antara kenabian dan kerajaan.
Mereka mengira tunduk kepada agama Muhammad berarti tunduk kepada kekuasaan
Abdul Muthalib. Sedangkan suku-suku bangsa arab selalu bersaingan untuk
merebutkan kekuasaan dan pengaruh. Sebab itu bukanlah hal yang mudah bagi kaum
quraisy untuk menyerehkan kepemimpinan kepada Muhammad karena menurut mereka
berarti suku-suku bangsa arab akan kehilangan kekuasaan dalam masyarakat.
2. Penyamaan antara hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya
Bangasa arab hidup dengan system
kasta, tiap-tiap manusia digolongkan dalam kelompok kasta yang tak boleh
dilampauinya. Tapi seruan nabi Muhammad membrikan hak yang sama kepada manusia,
yang merupakan suatu dasar yang penting dalam agama islam, agama islam
memandang sama antara hamba sahaya dengan tuannya.
3. Takut dibangkitkan dari alam kubur
Agama Islam mengajarkan bahwa
pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari dalam kuburnya dan semua amal
pernebuatan manusia akan di hisab, orang-orang yang berbuat baik maka
Allah akan membalasnya dengan surga akan tetapi orang yang berbuat jahat akan
dibalas dengan neraka. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agam Islam yang
mengajarkan manusia akan dibangkitkan kembali sesudah mati.
4. Taklid kepada nenek moyang
Para kaum Quraisy taklid secara
membabi buta terhadap nenek moyangnya dan mengikuti langkah-langkah mereka
dalam prersoalan peribadatan dan tingkah laku adalah suatu yang telah berurat
dan berakar pada bangsa Arab. karena itu, sangat beratlah terasa bagi mereka
meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama baru yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Mereka berkata: “Apabila dikatakan kepada mereka” Marilah
mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul. “Mereka menjawab:
cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Dan
apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa dan tidak pula mendapat petunjuk?
5. Memperniagakan patung
Salah satu dari usaha orang Arab dahulu adalah memahat patung yang
menggambarkan Latta, Uzza , Manna , dan Hubal. Patung-patung
itu mereka jual kepada Jamaah Haji, mereka membelinya supaya mendapat berkat
atau untuk kenang-kenangan. Tetapi agama Islam melarang menyembah memahat dan
menjual patung, karena itu saudagar-saudagar patung memandang agama Islam
sebagai penghalang rezeki mereka, oleh karena itu, mereka menentang agama
Islam.
Fase-fase tantangan Quraisy terhadap agama Islam
Pada permulaan Islam, kaum Quraisy belumlah mencurahkan perhatiannya
terhadap umat Islam mereka mengira bahwa seruan Nabi Muhammad itu hanya satu
gerakan yang tidak akan bertahan lama untuk akan lemah dan akan punah dengan
sendirinya. Akan tetapi, alangkah terkejutnya mereka melihat dengan cepat
memasuki kehidupan rumah tangga mereka dan hamba sahaya yang dulu mereka anggap
derajatnya terlebih sebagai harta benda telah menerima pula seruan itu dan
telah menerima pula seruan itu dengan baik. Pertama sekali mereka halangi para
hamba sahaya dan orang-orang yang lemah seperti Yasir dan putranya Ammar serta
istrinya Summayyah, begitu juga Bilal, Habab Ibnu Haris dan lainnya mendapat
siksaan yang berat diluar prikemanusiaan. Akan tetapi Nabi SAW tidak
mendapatkan siksaan karena Bani Hasyim memiliki kedudukan yang tinggi pada
pandangan mereka dan Rasul sendiri mendapat perlindungan dari pamannya Abu
Thalib. Akan tetapi, seruan Nabi bertambah tersiar dan bangsawan Quraisy mulai
banyak yang masuk.
Ketika Nabi SAW
melihat pada yang dialami para sahabat atas gangguan dan siksaan dari para
kafir Makkah, Nabi SAW memerintah para sahabatnya untuk hijrah ke Habasah, pada
tahun itu berangkatlah 10 laki-laki dan 5 perempuan, diantaranya Usman bin
Affan dan istrinya Roqaiyah binti Rasulullah SAW. Setelah tiga bulan mereka
pulang kerena gangguan negri tersebut dan sedikitnya jumlah mereka. Inilah
awalnya hijrah dalam Islam.
Pada tahun
kelima kenabian, dua pembesar Quraisy yang terkenal dengan kekuatan dan
keberaniannya, yaitu Umar bin Kattab dan Hamzah bin Abdul muthtalib. Nabi dan
umat Islam sangat senang dengan masuknya dua orang tersebut kerena Islam mulai
menjadi kuat.
Setelah Nabi
dibaikot, Nabi SAW menyuruh para muslimin hijrah ke Habasah untuk kedua kali
pada tahun ketujuh kenabian. Pada tahun ini, berhijrah, 73 laki-laki dan 11
perempuan. Mereka bertemu dengan orang-orang Islam Yaman.
Dengan cacatan
sejarah, Kaum Quraisy tidak berani menyakiti Nabi Muhammad SAW, karena beliau
mendapatkan perlindungan dari pamannya Abu Thalib yang sangat disegani oleh
kaum Quraisy. Abu Thalib memiliki pribadi yang sangat khas yaitu di satu sisi
membenarkan islam membela keponakannya. Namun pada kenyataannya tidak pernah
mengikuti apa yang dibelanya sampai ia meninggal. Setelah istrinya
Khodijah meninggal dunia demikian juga pamannya. Kaum Quraisy
meningkatkan perlawananya terhadap dakwah nabi Muhammad Saw. Tahun itu disebut
dengan tahun kesedihan atau ‘Amul Khuzni. Kaum Quraisy memboikot
kaum muslimin dengan menggantungkan piagam diatas ka’bah, agar
mereka tidak berhubungan dengan kaum muslimin dan keluarga Nabi.
Setelah
kematian paman dan istri beliau, kaum Quraisy menambah gangguan dan siksaan
kepada Nabi Saw. Maka beliau melakukan hijrah ke tha’ib dengan ditemani zaid
bin Tsabit. Namun nabi SAW tidak mendapat sambutan yang baik, malah Nabi
mendapat penduduk negri tersebut.
Pada tahun 11
dari kenabian, untuk memuliakan dan mengobati kesedihan Nabi yang ditinggal dua
orang yang sangat dicintai beliau. Allah SWT memuliakan beliau dengan isra
dan mi’raj. Isra adalah menujunya Nabi SAW pada waktu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqso. Mi’raj addalah naiknya Nabi SAW ke alam
tertinggi bertemu dengab Allah. Pada waktu itu turunlah kewajiban sholat. Pada
malam itu Nabi SAW ditemani Jibril.
Pada tahun 11 juga datang rombongan berjumah enam orang dari yastrib untuk
melakukan haji. Mereka bertemu dengan Rasulullah, dan mereka memba’iat beliau
dengan syarat:
a. Tidak menyekutukan Allah.
b. Tidak mencuri.
c. Tidak berzinah.
d. Tidak membunuh
anak-anak mereka.
Kejadian ini disebut Bai’ah Aqobah al-Ulaa. Selain itu Nabi juga mengirim
orang yang akan melajarkan Islam kepada kaum mereka.
Pada tahun 13 kenabian, datang 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan
dari arab Madinah ke Makkah untuk melaksanakan haji. Mereka juga bertemu dengan
Rasulullah dan membai’at beliau dengan landasan bahwa mereka menyembah Allah
dan mereka menawarkan perlindungan kepada Nabi jika beliau bersedia hijrah
bersama mereka. Kejadian ini disebut Bai’ah Aqobah Tsani.
Ketika mengetahui kaum Quraisy tersebarnya Islam ke Madinah, mereka semakin
keras menyiksa kaum muslim di Makkah. melihat demikian, Rasulullah
memerintahkan para muslimin Makkah untuk berhijrah ke Madinah. Para muslimin Makkah pun pergi dengan diam-diam kerena mereka takut apabila kaum Quraisy
melihat, mereka akan menghalang-halangi dan mencegah.
Ketika mendengar para muslimin Makkah telah berhijrah dan adanya
pertolongan untuk orang Islam dari Arab Madinah, kaum Quraisy merencanakan
pembunuhan kepada Nabi SAW, maka Allah memerintahkan kepada beliau untuk
berhijrah juga. Dengan ditemani Abu Bakar beliau berangkat ke Madinah setelah
terlepas dari rencana pembunuhan. Namun tidak mudah bagi nabi untuk berhijrah,
setelah mengetahui kaum akan lepasnya Nabi dari pembunuhan. Mereka tidak
menyerah sampai di situ, tapi mereka mengirim pasukan untuk menangkap
Rasulullah baik hidup atau mati. Namun kehendak Allah yang berlaku, Nabi SAW
dan Abu Bakar tiba dengan selamat dan sambutan yang luar biasa dari penduduk
Madinah.
Nabi memilih kota Madinah ( Yastrib ) sebagai tempat hijrah kaum
Muslimin, dikarenakan beberapa faktor antara lain :
- Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah
- Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan penduduk Madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri orang Madinah
- Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yang lemah lembut
- Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Makkah adalah
salah satu tempat mulia menurut Islam, bahkan sebelum datangnya Islam.
Ditambah lagi dengan lahirnya orang yang paling mulia.
Melihat sejarah
dari lahirnya Nabi SAW, kita dapat mengambil ibroh beginilah kehidupan beliau hingga menjadi Rasul dan kesabaran beliau dalam berdakwah,
walaupun gangguan datang silih berganti
beliau tidak gentar. Dan dapat kita lihat juga, seseorang yang berdakwah,
selalu di tentang oleh orang-orang yang berdekatan dengannya tapi malah orang
yang jauh mendukungnya.
b.
Saran-saran
Semoga dengan
adanya makalah ini, teman-teman dapat
mengetahui bagaimana awal dakwah yang
dilakukan oleh Nabi agar kita bertambah cinta dengan beliau. Jangan pernah
bosan untuk mempelajarinya, kerena di dalamnya terdapat ilmu-ilmu. Terakhir,
marilah kita teladani kehidupan beliau semampu kita.
Fr22694@gmail.co.id
No comments:
Post a Comment